OPINI

Detail Opini Siswa

YOU WILL NEVER KNOW, IF YOU NEVER TRY

Jumat, 6 Juni 2025 09:00 WIB
193 |   -

Selvani Salau Sisilia

 

"Jangan takut gagal, karena itu adalah bagian dari perjalanan menuju kesuksesan. Yang harus ditakuti adalah jika kamu tak pernah berani mencoba". Selvani Salau Sisilia (25/02/2025)

 

Shalom! Namaku Selvani Salau Sisilia, orang-orang lebih sering memanggilku dengan panggilan Cicil. Aku lahir dan besar di sebuah desa kecil yang jauh dari perkotaan. Ya, desa Long Alango. Sejak TK hingga SMP, aku bersekolah di desa itu. Menjelang kelulusan SMPku, aku dan orang tuaku berbincang serius tentang pilihan SMA. Aku harus meninggalkan desa kecil itu untuk menempuh pendidikan yang lebih luas. Meski berat rasanya pergi ke kota sendirian, jauh dari keluarga dan rumah, tetapi ini adalah keputusan yang telah kami buat bersama. Aku tahu, langkah ini bukan hanya tentang sekolah, tapi juga tentang belajar mandiri untuk menghadapi dunia yang lebih luas. Saat itu, aku ingin bersekolah di salah satu SMA negeri di Kota Tarakan, tetapi karena beberapa alasan, aku tidak bisa mendaftar di sekolah impianku.

Sebagai gantinya, orang tuaku merekomendasikan SMA Frater Don Bosco Tarakan. Bukan tanpa alasan, sekolah ini sudah menjadi kepercayaan mereka karena kakak pertamaku adalah salah satu alumninya. Meski awalnya berat menerima kenyataan bahwa aku tidak bisa masuk ke sekolah impianku, akhirnya aku menerima keputusan ini. Dan di sinilah aku sekarang, melanjutkan pendidikan di SMA Frater Don Bosco Tarakan.

Ini adalah tahun terakhirku belajar di sekolah ini, sekolah yang awalnya tidak pernah terpikir bagiku untuk melanjutkan pendidikan. Namun, justru di sekolah inilah banyak kenangan indah terukir dan pengalaman berharga mengajarkanku untuk selalu menghargai kesempatan. Di sinilah aku bertumbuh dengan segudang pengalaman yang membentuk hingga aku seperti adanya aku saat ini.

Dulu, aku adalah seseorang yang takut untuk maju dan mencoba hal baru. Aku selalu memilih bertahan di zona nyaman karena merasa lebih aman. Aku berpikir bahwa selama berada di zona nyaman, aku akan selalu tahu hasilnya dan tidak perlu khawatir dengan kejutan-kejutan yang mungkin terjadi. Namun, sejak aku bersekolah di SMA ini, aku mulai menyadari bahwa pemikiranku selama ini salah besar. Bila aku tetap bertahan dalam zona nyamanku, aku tidak mendapat apa-apa karena tidak ada hal baru yang dipelajari.

Suatu hari, aku dipanggil oleh Frater Kepala Sekolah, Frater Nisen, ke ruangannya. Beliau bertanya apakah aku bersedia maju ke depan untuk membagikan hasil literasi dan pengalaman yang bermakna kepada seluruh warga sekolah. Oh iya! Sebagai informasi, di sekolahku ada Gerakan Literasi Sekolah (GLS) setiap hari. Kami diberi kesempatan untuk membawa buku kesukaan dan membacanya selama 15-20 menit setiap pagi sebelum pelajartan. Setiap hari Jumat, setelah doa pagi, baik siswa maupun guru  diberi kesempatan yang sama untuk membagikan hasil literasi mereka di depan semua warga sekolah.  

Awalnya, aku menolak tawaran Frater karena merasa tidak percaya diri. Aku merasa itu bukan zona nyamanku. Aku malu. Aku takut nanti ditertawai, aku takut gagal, dll. Banyak kekhawatiran yang muncul di kepalaku saat itu. Namun, Frater kepala sekolahku terus mendukung dan meyakinkanku bahwa aku bisa. Beliau berkata bahwa setiap orang memiliki potensi besar dalam dirinya, hanya saja sering kali muncul rasa tidak percaya diri sehingga membuat potensi itu tidak berkembang. Maju ke depan bukanlah hal yang menakutkan, berbicara di depan banyak orang bukanlah sesuatu yang berbahaya hanya saja kita belum pernah mencoba. Kata-kata Frater ini membuatku teringat akan sebuah kutipan yang pernah aku baca, "You will never know, if you never try."

Setelah berefleksi panjang, meskipun masih ada sedikit keraguan, akhirnya aku menyanggupi permintaan frater. Aku siap! Benar saja, pada minggu berikutnya, aku dipanggil ke depan untuk membagikan hasil literasiku di depan seluruh warga sekolah. Aku membawakan topik atau kata-kata bijak: "You never change your life until you step out of your comfort zone; change begins at the end of your comfort zone" - Roy T. Bennett. Aku memilih kutipan tersebut karena kutipan ini sangat relate dengan apa yang aku alami saat itu. Aku yang biasanya diam di zona nyaman, akhirnya mencoba maju ke depan dan berbicara di hadapan banyak orang. Bagi orang lain, mungkin ini hal biasa, tapi bagiku, ini adalah langkah besar. It was a bold step to step out of my comfort zone. Aku mencoba melangkah sedikit demi sedikit, keluar dari ketakutan dan menghadapi sesuatu yang baru. Ternyata, dengan berani mencoba, aku bisa belajar dan tumbuh lebih jauh dari yang aku bayangkan.

Walaupun sangat gugup, aku tetap memilih untuk maju dan, puji Tuhan, aku bisa berbicara dengan baik serta menikmati momen itu. Bahkan Frater, bapak ibu guru serta teman-teman di sekolah memujiku, dan bertanya Tanya, “kok kamu bisa”, “kamu keren banget”, “kok kamu kelihatannya tak gugup sih”, dll. Yang mereka tak tahu sebenarnya adalah seberapa struggle-nya aku untuk bisa maju ke depan, sangat gemetar sebenarnya, tapi setelah itu semua, ada rasa puas dan rasa bangga pada diri sendiri yang tak bisa dijelaskan kayak, TERNYATA AKU BISA! Hal ini membuktikan bahwa ketakutanku selama ini ternyata tidak beralasan.

Ini adalah pengalaman yang sangat berharga bagiku. Secara khusus, aku ingin mengucapkan terima kasih kepada Frater Kepala Sekolahku, Frater Nisensius, karena telah memberikanku kesempatan luar biasa ini. Pengalaman ini mengajarkanku bahwa terkadang, satu langkah kecil untuk keluar dari zona nyaman dapat membawa perubahan besar dalam hidup kita. Aku telah berjuang untuk keluar dari zona nyamanku belajar menuju zona keberanian. Leave your comfort zone and go to your courage zone! Zona keberanian adalah keadaan di mana aku berani untuk mengalahkan ketakutanku dan belajar untuk bertumbuh. Terlalu lama berada di zona nyaman justru membuatku terjebak dalam pola pikir yang sempit. Aku tidak akan pernah berkembang jika selalu takut untuk mencoba hal-hal baru. Terkadang, aku merasa bingung dan tidak siap menghadapi keadaan yang sebenarnya, tetapi justru dari pengalaman tersebutlah aku belajar. Dunia ini penuh tantangan yang tidak selalu bisa kita prediksi, dan hanya dengan berani melangkah keluar dari zona nyaman, kita bisa berkembang menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.

Sekolahku, SMAS Frater Don Bosco Tarakan telah membantuku untuk melihat dunia dari perspektif yang lebih luas. Aku belajar untuk mengambil risiko, menerima tantangan, dan terus melangkah meskipun terkadang ragu. Sekolah ini bukan hanya tempat untuk belajar teori, tetapi juga tempat di mana kita diajarkan tentang kehidupan, keberanian, dan pentingnya menghargai setiap kesempatan yang ada. Di sini aku dididik dengan ketiga nilai yang sering didengungkan setiap hari; Fides, Scientia et Fraternitas. Di sini aku belajar agar bertumbuh dalam iman, berkembang dalam pengetahuan dan berbela rasa dengan orang lain sebagai saudara. Inilah ketiga nilai yang berakar kuat dalam setiap dimensi hidupku selama belajar di sini. Aku sangat bersyukur dengan pengalaman ini. Jika saja saat itu aku menolak untuk masuk ke sekolah ini, mungkin aku tak akan pernah mendapatkan kesempatan yang sama di tempat lain. Sekarang, aku belajar untuk selalu bersyukur atas setiap anugerah yang diberikan Tuhan dalam hidupku. Aku yakin, Tuhan selalu memberikan yang terbaik menurut kehendak-Nya, meskipun terkadang jalannya tak sesuai dengan yang kita harapkan.

"You will never know, if you never try.” Kutipan ini selalu menjadi pengingat bagiku untuk berani mencoba hal-hal baru yang positif. Setiap kali rasa takut muncul, aku mengingatnya dan melangkah, meskipun hanya dengan langkah kecil. Aku sadar bahwa seribu langkah itu berawal dari satu langkah. Kalau saya mau seribu langkah tetapi kalau tidak pernah memulai satu langlah awal tersebut, maka tidak ada langkah selanjutnya yang mengikuti. Dari sini, aku belajar bahwa mencoba adalah langkah awal itu dan langkah selanjutnya adalah proses pertumbuhan dimulai. Lingkungan sekolah yang mendukung juga membuatku semakin percaya diri untuk menghadapi tantangan baru. Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati.


Komentar

×
Berhasil membuat Komentar
×
Komentar anda masih dalam tahap moderator
1000
Karakter tersisa
Belum ada komentar.

Jadilah yang pertama berkomentar di sini